Hai, teman-teman. Pagi syahdu di Jogja, dingin juga, setelah kemarin Jogja diguyur derasnya rahmat. Udaranya yang adem tak membuat mager, ya. Tergerak, bergerak, menggerakkan, biar hangat jiwa raga. Namanya juga Guru penggerak, slogannya terus bergerak.😝
Alhamdulillah, hari ini kunikmati dengan bahagia. Penuhi dengan syukur masih diberi kesempatan bergerak. Tidak pernahkah aku sedih? Ya, pernah dong. Aku manusia yang juga merasakan sedih. Saat sedih melanda, apa yang aku lakukan? Yang pertama salat. Aku tumpahkan air mata sampai merasa lega dada. Namun, jika tak kunjung reda, biasanya aku tidur.
Tidur
akan membuat diriku istirahat. Biasanya ketika bangun akan lebih segar, dan
sedihnya hilang alias lupa.
Kadang sedihku tanpa alasan. Perasaan tidak nyaman, rasa ingin menangis, dan sesak. Kondisi ini membuat aku tidak nyaman jika harus berada di lingkungan yang ramai. Aku akan menepi, sekadar duduk menikmati angin. Sering kali aku akan mengajak anak-anak jalan. Pergi bertiga naik motor keliling mencari tempat singgah. Duduk-duduk sambil menikmati jajanan di tepi embung, sudah cukup membuat sedihku terkikis.
Dampak
saat sedih sering kali membuat produktivitas menurun. Jika tidak segera sadar,
maka bisa jadi hari itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Dalam kondisi seperti
ini, biasanya keluar berburu kuliner. Tidak mesti ke cafe apalagi resto mahal, tempat
yang nyaman ditemani cappucino hangat cukuplah. Dan, tidak lupa buku
atau kertas untuk corat-coret.
Kesedihan
memang bisa menurunkan produktivitas, namun, kadang pula bisa melipatgandakan
mood booster. Walau tidak sering, kadang saat sedih justru meluapkan dengan
menjahit atau malah deep clean. Aneh, ya? Ya, begitulah. Saat sedih, apa
yang teman-teman lakukan? Yuk, sharing disini.
Aku juga pernah sedih tanpa alasan yang jelas. Setelah mencoba mengatur pola makan dan istirahat diselingi vitamin, hal kayak gitu berangsur mendingan.
BalasHapus